Hikayat Air Awet Muda di Anjuk Ladang
Kisah kali ini bermula dari Raja Ferrando yang sangat percaya keberadaan mata air keabadian, keyakinan yang bermula dari literasi klasik berupa kitab dan manuskrip kuno ini, bagi Raja dinilainya tidak mengada-ada.
Sang raja Ferrando II, merupakan seorang Raja Aragon yang mensponsori pelayaran pertama pada tahun 1492 yang di pimpin oleh Christophorus Columbus (1451-1506).
Sejarah mencatat bulan September 1493, sekitar 1.200 pelaut, kolonis, dan prajurit berangkat dari Spanyol di bawah komando Christopher Columbus, dalam perjalanannya menemukan dunia baru. Raja Aragon secara khusus menugaskan ahli sejarah bernama Ponce de León untuk mencari letak Fountain of Youth.
Fountain of Youth (FoY) adalah air awet muda yang di yakini oleh beberapa agama sebagai air keabadian. Dalam Islam, FoY dikenal sebagai Ainul Hayat, dan di kisahkan tentang perjalanan Khidir yang mendampingi Raja Zulkarnain untuk mandi di mata air ini.
Kisah hikayat menyebutkan ketika Allah SWT menciptakan dunia, DIA menurunkan beberapa tetesan air dari surga ke dunia. Salah satu tetesnya kemudian berubah menjadi telaga Ainul Hayat atau mata air keabadian. Beberapa ulama berpendapat Mata Air ini yang dijaga Nabi Khidir itu berada di Pulau Bermuda.
Hal itu kerap dikaitkan dengan hilangnya kapal atau orang-orang yang melewatinya karena setan banyak yang mengelilingi tempat itu. Tujuan setan berkeliling, karena setan berniat merebut Mata Air tersebut
Kisah Tirta Amerta yang di yakini umat Hindu mirip dengan FoY, juga dipercaya berkhasiat membuat seseorang tidak akan melalui proses kematian. Sebab, air suci ini dipercaya dapat membuat si peminum menjadi hidup Abadi.
Dalam Kitab Adi Parwa menjelaskan tentang Tirtha Amerta ini didapat dari pemutaran Mandara Giri (Gunung Mandara). Konon air suci sumber kehidupan atau tirta amerta ini berada di dasar laut atau samudera, dan Gunung Mandara dipilih sebagai “tongkat” pengaduknya.
Kisah klasik pengadukan samudera ini hingga kini masih di kerap kita dengan dalam dongeng, atau hikayat rakyat Jawa yang berkisah tentang petikan pesan Sang Hyang Narayana bersabda 'Jika menghendaki tirta amerta, aduklah lautan susu atau Ksirasagara yang kerap dikenal Ksirarnawa'.
Di Nganjuk, kita pasti akrab dengan hikayat yang menyebut "ritual mandi" di Air Terjun Sedudo (sawahan) dapat membuat awet muda. Tak hanya Sedudo, sebab posisi Nganjuk di lereng Gunung Wilis (Gunung Air) ini tentu diberi berkah ratusan mata Air yang menyebar di puluhan Desa.
Hikayat diatas kerap dikaitkan dengan Tirtha dalam bahasa sansekerta yang berarti Air kesucian adalah tempat kekuatan dewa bersemayam. Dalam konteks sains, Tirtha membawa kekuatan kehidupan yang bisa di lihat dari 2 unsur yang di kandungnya.
H20, begitu para ahli menyebutnya dalam rumus kimia, dimana setiap molekulnya mengandung satu oksigen dan dua atom hidrogen.
Pertanyaannya, apakah sama kualitas air di satu tempat dengan tempat lainnya? Jawabnya TIDAK!
Para ahli menyatakan bahwa setiap air yang keluar dari muka bumi ini membawa mineral yang berbeda. Air sebagai pelarut yang baik dan berguna bagi senyawa organik untuk berinteraksi, serta memungkinkan replikasi dan reproduksi.
Dalam kisah lontar suci mencatat bahan tirtha terbaik adalah dari sumber-sumber air suci yang bersih. Rasa tanah dan berkah mineral alami yang terkumpul dalam satu wadah sumber air suci itu, di percaya mampu memulihkan energi yang membuat si pelaku ritual dapat terhubung ke pusat kesucian (mata air).
Tradisi mencampurkan 3 sumber air ini tentu menjadi bagian dari budaya leluhur yang percaya bahwa setiap tetes air membawa berkah berupa material yang di perlukan tubuh.
Hingga kini, jamak kita saksikan tradisi mandi dan minum air di sungai tempuran (pertemuan 3 mata air) yang di yakini memiliki khasiat menyembuhkan beragam penyakit.
Apa yang membuat air suci ini di percaya membuat awet muda? jawabnya adalah kandungan mineral dari air yang terlarut dari berbagai sumber mata air membuat siapapun yang minum akan kembali belia. Sel dalam tubuh yang mati, organ tubuh yang mulai mengalami penurunan fungsi / kemampuan dapat kembali seperti semula ketika seseorang meminum Tirtha (air mineral dari berbagai sumber mata air)
Mengacu pada fakta diatas, maka tak berlebihan bila mata Air di Nganjuk seperti Banyu Towo, Ngobalan, Sedudo, hingga Singokromo di percaya menjadi obat mujarab untuk menyembuhkan beragam penyakit.
Namun, sejumlah Mata Air di Nganjuk berada dalam status kritis, haruskah mata air ini sirna, hingga akhirnya anak cucu kita kelak akan kehilangan harta paling berharga berupa Air Suci.
Maka, mulai hari ini keberadaan Pertirtaan (Mata Air) di Kab.Nganjuk tentu harus di lestarikan melalui upaya menginisiasi kegiatan pendataan, pemulihan dan pemeliharaan. Jika bukan kita, lalu siapa lagi, jika tidak sekarang, maka kapan lagi