Aksi Tanm Bambu, Pusaka Bupati Trenggalek Pertahankan Ekologi
Ada fenomena menarik di Trenggalek. Musim penghujan dan musim kemarau keduanya sekaligus menjadi dilema bagi masyarakat Trenggalek. Tidak terkecuali pemerintahnya. Perlu aksi nyata untuk mengamankan Trenggalek dari ancaman bencana Alam.
Jika berbicara soal bencana tanah longsor, banjir dan kekeringan, secara sepontan orang akan berfikir reboisasilah jawabannya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, tanaman apakah yang cocok dan tidak membutuhkan waktu lama untuk merasakan hasilnya…?
Semua itu merujuk pada jenis tanaman dari keluarga rumput besar. Bambu. [1]
Saat musim penghujan tiba, Tanaman bambu mempu menahan laju air hujan yang mengalir deras dari lahan miring seperti lereng perbukitan dan akarnya mengikat tanah.
Keuntungan berikutnya, dalam sehari bambu mampu tumbuh sepanjang 60 centimeter.
Disaat tidak tersedia cukup air, akar bambu punya kemampuan menyimpan air. Itu sebabnya bambu dikenal sebagai tananaman pendulang air sehingga cocok ditanam di sekitar mata air. [1]
Bambu yang dikenal sebagai pusaka Ekologi sudah tidak diragukan lagi. Tanaman yang masuk dalam keluarga Poaceae ini memiliki dua fungsi yakni Ekologi sekaligus Ekonomi.
Di dunia, bambu dikenal dengan sebutan emas hijau. Sebutan tersebut disematkan karena bambu mampu mengurangi biaya kerusakan yang disebabkan oleh lingkungan yang semakin kritis kondisinya.
Selain hal tersebut, bambu juga memiliki manfaat yang luar biasa untuk lingkungan. [2]
Dari sisi ekonomi, semua sektor, baik sandang, pangan, hingga papan mampu ditopang oleh bambu sebagai kerajinan yang memiliki nilai tambah ekonomis.
Mulai dari sektor sandang, seiring berkembangnya waktu, mulai muncul teknologi bahwa serat bambu bisa digunakan untuk tekstil, khususnya baju. Lalu, dari sektor pangan, bambu sudah banyak digunakan sebagai penunjang atau bahan baku utama aneka makanan khas Indonesia.
Dan untuk sektor papan, sudah banyak konstruksi bangunan yang menggunakan bahan bambu.
Bahkan, di Trenggalek juga sudah ada pengrajin yang menggunakan bambu sebagai bahan laminasi. [2]
Dalam upaya mendukung ekosistem bambu agar bisa naik kelas dan juga memperingati Hari Bambu Nasional, Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin mengeluarkan aturan yang menghimbau kepada setiap warga di wilayah Kabupaten Trenggalek untuk menanam pohon bambu setahun sekali.
"Peraturan tersebut juga sebagai wujud kompensasi atas gas karbon yang dikeluarkan dari setiap aktivitas manusia," katanya.
Mas Ipin pun mengajak masyarakat Trenggalek untuk terus menjaga kelestarian lingkungan, di mana salah satunya bisa dilakukan dengan cara menanam bambu atau pohon kayu yang mampu menyerap air dengan baik.
"Mari kita jaga lingkungan kita, mari kita jaga bumi kita. Kalau kita baik dengan lingkungan, Insya Allah lingkungan akan baik dengan kita melakukan hal tersebut," tutupnya.
Referensi
- Mochamad Nur Arifin, Bambu! Pusaka Baru Mas Ipin untuk Amankan Trenggalek. Youtube Channel, 20 Jun 2019
- Aflahul Abidin, Mas Ipin Gerakkan Warga untuk Tanam Pohon dan Jaga Alam, Surya.co.id, 24 November 2022